Pages

Assalamu'alaikum

0

Sunyi

Aku tulis ini hanya karena aku sudah tak tahu lagi,

kepada siapa harus kumuntahkan segala yang menyesak dalam dada ini.

Hingga, pada akhirnya lagi-lagi engkau yang harus dan tetap setia menerima segala kesah ini.

Ya, tentang hidup.

Hidup yang selalu saja menyimpan rahasianya.

Hidup yang sering tak mampu kumengerti apa maunya.

Hidup yang terasa seperti lingkaran asing yang tak pernah kutemu ujungnya.

Bahkan tak jarang pula hidup menjelma labirin yang begitu kukuh

mengurungku dalam ketakberdayaan.

Sesungguhnya, ingin sekali aku demikian

rapat menyembunyikan apa pun yang membuatku sedih.

Ingin sekali aku menyimpan kesedihan ini dengan tabah,

tapi selalu saja aku gagal.

Meski akhirnya aku hanya percaya kepadamu.

Dan, seperti selalu juga kau tahu,

seringkali ingin kutumpahkan airmata.

Hanya karena telah begitu letih menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang hidup.

Hanya karena aku tak tahu lagi bagaimana aku harus menumbuhkan kerelaan untuk melangkah.

Lantaran setiap kata telah lelah melunta dalam peta sengketa,

juga cuaca yang makin samar terbaca.

Hingga luka dan airmata ini makin lengkap sempurna.

Sering pula coba kupahamkan pada diriku,

bahwa hidup memang sebuah perjalanan panjang

yang tak pernah kutahu dimanakah akan kujumpai tikungan.

Setia detik yang bergeser adalah takdir.

Dan kesedihan seperti musim yang menyerbu kita tanpa pernah bisa kita lawan.

Seperti halnya kita yang kadangkala harus siap menerima kehilangan sekaligus kehadiran.

Pada akhirnya, perjalanan hidup juga membuatku harus lebih banyak belajar.

Mengeja setiap kata di balik ruas-ruas buku,

juga pada segala yang terhampar pada semesta.

Dalam segala keriuhan dan keheningan yang menyapa bergantian.

Maka, aku pun tak ingin terlalu jauh menapaki keluh demi keluh.

Aku tak ingin

muram ini kian membatu demikian kelu.

Ya, biar bagaimanapun hidup harus terus berlanjut, dalam bentuk apa pun.

Meski harus kutapaki dengan sisa usia dengan gemetar,

seraya menimang kekalahan dan

menyusun kembali setiap kepingan yang berserakan

Kubenahi kecemasan demi kecemasan dan

merelakan segalanya menjadi kewajaran.

Back to Top